JelajahNTT. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Dua Bandara Perintis Segera Beroperasi

SURABAYA – Konsep air citylink (menghubungkan antarkota dengan bandara kecil) Pemprov Jatim mulai terealisasi. Dua bandara perintis, yakni Bandara Trunojoyo, Sumenep, dan Bawean, Gresik, pun sudah disiapkan. Menurut rencana, dua bandara tersebut beroperasi kurang dari dua bulan lagi.
 
Itulah yang diungkapkan Kepala Dinas Perhubungan, Lalu Lintas, dan Angkutan Jalan (Dishub LLAJ) Jatim Wahid Wahyudi. Saat ini kondisi bandara Sumenep telah siap dioperasikan. Adapun Bandara Bawean, tinggal finishing pada runway (landasan pacu). ''Prinsipnya, dua bandara ini sudah bisa dioperasikan dalam waktu dekat ini,'' ungkapnya.
 
Wahid menjelaskan, setelah proses finishing runway tuntas, tim verifikasi dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengecek kelaikan sebelum bandara dioperasikan. Untuk bandara Sumenep, pemprov tinggal menunggu perizinan operasional dari Ditjen Perhubungan Udara mengenai penerbangan perintis.
 
Selain itu, Gubernur Jatim Soekarwo telah mendesak Kemenhub untuk segera memberikan izin operasional sebelum Lebaran. Jadi, Bandara Trunojoyo mungkin dapat dioperasikan pada Maret. Bandara Bawean melayani penerbangan pada April. ''Keinginan gubernur ini juga sudah disampaikan langsung kepada presiden dan Kemenhub. Responsnya baik. Mereka mendorong agar bandara bisa segera dioperasikan,'' jelas Wahid.
 
Menurut dia, selama ini transportasi menuju Pulau Bawean sangat sulit. Transportasi satu-satunya adalah kapal. Namun, kapal tidak selalu bisa beroperasi jika gelombang tinggi mencapai dua meter. ''Kalau gelombang sudah tinggi, Bawean seperti terisolasi. Tidak ada kapal yang berani berlayar,'' terang dia.
 
Namun, dengan adanya bandara perintis tersebut, transportasi menuju Bawean jauh lebih mudah. Meski gelombang tinggi, masyarakat tetap bisa berkunjung ke Bawean. Apalagi pembangunan Bandara Trunojoyo dan Bawean sudah dianggarkan pemerintah pusat agar harga tiket pesawat tidak mahal.
 
Subsidi tiket dari pemerintah pusat berupa harga tiket untuk rute Sumenep–Surabaya Rp 270 ribu dan Surabaya–Bawean Rp 360 ribu. Wahid menuturkan bahwa tender untuk operasional bandara dilakukan pada Februari lalu. Pemenang tender adalah pesawat Susi Air tipe Cessna Grand Caravan. Pesawat itu berkapasitas 12 penumpang. ''Saat ini masih satu pesawat yang akan beroperasi,'' ujar Wahid.
 
Jika dua bandara tersebut sudah dioperasionalkan, pemprov dan Kemenhub akan melakukan evaluasi penerbangan. Salah satunya terkait dengan jumlah penumpang dan kualitas penerbangan. Bila 70 persen fungsi bandara telah berjalan dengan baik, pemprov bakal menambah jumlah pesawat. ''Karena penerbangan perintis di Jatim ini baru kali pertama, harus ada evaluasi nanti. Apa yang perlu ditingkatkan dari pelayanan penerbangan,'' tegasnya.
 
Operasional dua bandara perintis itu merupakan salah satu konsep gubernur untuk membuat citylink. Jadi, penerbangan antarwilayah tersebut bisa menjangkau 38 kabupaten/kota Jatim. Khususnya di wilayah kepulauan.
 
Wahid menambahkan, konsep itu juga akan disinergikan dengan pengembangan pariwisata di kepulauan tersebut. Salah satunya, pengembangan wisata bahari di kepulauan Bawean dan Sumenep. ''Di Sumenep saja, ada 48 pulau yang berpenduduk. Tapi, aksesnya jarang dijangkau masyarakat luas,'' katanya.
 
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim Jarianto menyatakan, adanya bandara perintis di Jatim itu sangat bagus dan dapat mendorong peningkatan jumlah wisatawan lokal maupun mancanegara. ''Jatim memiliki banyak objek wisata. Total ada 772 obyek wisata, baik budaya maupun alam. Tapi, aksesnya sangat jauh. Jadi, bandara perintis ini akan menjadi kemudahan sendiri bagi wisatawan,'' paparnya.
 
Di bagian lain, rencana pengoperoasian dua bandara perintis tersebut membuat PT Angkasa Pura (AP) I selaku pengelola Bandara Juanda ikut bersiap. PT AP I menegaskan bahwa fasilitas mereka masih mampu menampung tambahan pesawat maupun penumpang dari atau menuju dua bandara itu. Apalagi jenis armada yang nanti beroperasi termasuk pesawat berbadan kecil.
 
''Juanda tidak mengalami masalah. Selama ada izin Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, tinggal mengatur slot waktu keberangkatan maupun kedatangan,'' terang Asisten Manajer Komunikasi dan Hukum AP 1 Juanda Andrias Yustinian kemarin (27/2). Prasarana yang dimiliki seperti konter check-in, ruang boarding, maupun landas parkir cukup memadai.
 
Dia mengibaratkan Juanda sebagai bandara induk di Jatim, bahkan hingga kawasan Indonesia timur. Sebagai prasarana transportasi udara pengumpul skala primer, Juanda menampung pesawat berbadan lebar seperti Boeing 747-300 dan Airbus A330. ''Seperti pengoperasian bandara di Palu (Bandara Mutiara) pasti terdukung dari Makassar (Bandara Sultan Hasanuddin),'' tutur mantan Humas bandara Makassar tersebut.
 
Juanda sampai kini menjadi jujukan saat terjadi pengalihan penerbangan menuju bandara besar di Denpasar maupun Jateng. Sesuai dengan aturan internasional, divert dalam penerbangan internasional dilakukan di bandara terdekat. ''Sampai kini, kami belum mendapat konfirmasi dari Ditjen Perhubungan Udara soal operator penerbangan dari bandara perintis itu (Bawean, Gresik, dan Trunojoyo, Sumenep),'' jelas Yustinian.
 
Asisten Manajer Pelayanan Konsumen AP 1 Juanda Ibnu Wahyudi menambahkan, pelayanan pengguna jasa di bandara tersebut belum terlalu terpengaruh penerbangan perintis. Sebelumnya, bandara di Sedati, Sidoarjo, itu melayani penerbangan terjadwal Juanda–Blimbingsari, Banyuwangi.
 
Penerbangan yang tidak terjadwal dari berbagai lapangan udara (lanud) dioperasikan di Jatim. ''Bergantung maskapai apa yang melayani dari Bawean atau Trunojoyo. Garuda Indonesia rute Juanda–Blimbingsari mendarat dan take off-nya di T2 (terminal selatan). Selebihnya (Wings Air) di T2 (terminal utara),'' tandas Ibnu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Klik http://tiket.jelajahntt.com , untuk pemesanan tiket pesawat seluruh rute penerbangan domestik dan Asia.

Atau via SMS/Call/WA/ Line/Kakao di 082146-334333, Pin BB: 51D3685D.