JelajahNTT. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Garuda Indonesia akan Layani Penerbangan ke NTT

Metrotvnews.com, Denpasar: PT Garuda Indonesia akan melayani penerbangan ke Provinsi Nusa Tenggara Timur, di antaranya Labuan Bajo, Ende, dan Tambolaka.

"Pada awal Desember 2013 kami akan melakukan penerbangan perdana dari Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, ke Bandara Komodo, Labuan Bajo serta Ende pergi pulang setiap hari," kata Vice Presiden Domestic Regional-3 Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara PT Garuda Indonesia Ari Suryanta di Labuan Bajo, NTT, Rabu (30/10).

Ia mengatakan potensi masyarakat lokal dan wisatawan yang melakukan perjalanan dari Bali ke NTT pergi pulang cukup tinggi, terlebih di Kabupaten Manggarai Barat yang memiliki sejumlah objek wisata eksotik, seperti kawasan Taman Nasional Komodo, objek wisata Batu Cermin, dan lainnya.

"Seiring potensi penerbangan yang semakin meningkat tersebut, kami akan memberikan pelayanan lebih berkualitas dibanding dengan maskapai lainnya yang selama ini sudah melayani rute tersebut," kata Ari yang didampingi General Manager PT Garuda Indonesia Cabang Bali Taufik Hidayat.

Menurut dia, dengan pesawat Garuda Indonesia ATR-70/600 yang melayani rute perdana mulai 3 Desember 2013 diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan asing, khususnya ke Kabupaten Manggarai Barat.

"Kami berkeyakinan dengan Garuda Indonesia terbang menjelajah ke wilayah Manggarai Barat, wisatawan nusantara dan asing akan semakin meningkat, sebab panorama yang eksotik sangat digemari wisatawan asing," ujarnya.

Wakil Bupati Manggarai Barat Maximus Gasa menyambut gembira kehadiran penerbangan Garuda Indonesia, sehingga masyarakat maupun wisatawan yang akan berkunjung ke Manggarai Barat memiliki pilihan dalam melakukan perjalanan yang lebih nyaman.

"Kami menyambut gembira kehadiran penerbangan Garuda dan kami siap melakukan sinergisitas dalam melayani rute tersebut. Tentu kehadiran penerbangan ini akan memberi dampak positif untuk kemajuan daerah kami," katanya.

Ia mengatakan selama ini memang sudah ada penerbangan yang melayani dari Laboan Bajo ke Bali dan sekitarnya. Namun belum sepenuhnya memberi pelayanan yang memuaskan penumpang.

"Misalnya dalam pelayanannya, terkadang tidak memberi informasi kepastian penerbangan, mengakibatkan warga cemas ketika mereka sudah tiba di Bandara Komodo," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, ia yakin penerbangan plat merah akan memberi kenyamanan lebih, sehingga masyarakat yang bepergian tidak lagi khawatir telat waktu sampai di kota tujuan.

"Kami yakin Garuda akan memberi pelayanan yang memuaskan dan kami sangat mendukung langkah pihak perusahaan penerbangan ini untuk mengembangkan penerbangan ke daerah-daerah di wilayah Tanah Air yang selama ini belum terjangkau penerbangan Garuda," kata Maximus. (Ant)


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Baca Selengkapnya >>>

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Merpati Ditutup, Rugi Buat Negara TERBELIT UTANG Rp 6,5 TRILIUN

Merpati Ditutup, Rugi Buat Negara
TERBELIT UTANG Rp 6,5 TRILIUN

Kamis, 31/10/2013
Jakarta – Keputusan pemerintah untuk tidak lagi menyelamatkan BUMN yang sakit, ternyata bukan sebatas gertakan belaka tetapi nyata dan tegas. Hal ini dibuktikan Menteri BUMN Dahlan Iskan yang tetap serius akan menutup maskapai penerbangan Merpati Nusantara Airlines (MNA) lantaran selalu mengalami kerugian. Pemerintah sepertinya sudah matang untuk menutup maskapai penerbangan nasional ini, karena dalam perjalanannya seperti "benalu" yang selalu menggerogoti keuangan negara.

NERACA

Menurut mantan Sekretaris Menteri BUMN Said Didu, jika pemerintah menginginkan Merpati tetap ditutup, maka dipastikan kerugian akan ditanggung oleh pemerintah karena  keadaan utang yang semakin membengkak membuat pemerintah lebih mengeluarkan banyak dana untuk pelunasan utang.

"Kalau ditutup, maka sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk membayar utang-utangnya Merpati. Inilah yang akan menjadi beban buat pemerintah karena harus membayar utang Rp6,5 triliun," kata Said Didu kepada Neraca, kemarin (30/10).

Hal ini diakuinya sangat dilematis. Tetapi jika diselamatkan, kata Said Didu, pemerintah hanya menyuntikan modal Rp 1 triliun dan Merpati bisa bangkit lagi. "Sebenarnya pada 2008, Merpati pernah meminta agar disuntik modal sebesar Rp1 triliun, akan tetapi sampai sekarang dana tersebut tidak sampai. Yang ada, kondisi sekarang Merpati terus terbelit utang," imbuhnya.

Menurut dia, dengan disuntik modal bisa melalui neraca dan cash flow dari Merpati. "Misalnya dari neraca, bisa masuk ke bursa saham dan mengalihkan dari utang menjadi saham. Sementara dari cash flow, dengan tambahan dana tersebut membuat Merpati bisa membeli pesawat baru sehingga meningkatkan kinerja Merpati itu sendiri," ujarnya.

Selain itu, kata dia, bisa juga menyerahkan nasib Merpati ke BUMN investasi dan kelola aset yaitu PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Nantinya PPA mempunyai kewenangan sepenuhnya untuk merestrukturisasi maskapai penerbangan nasional tersebut.

Sementara pengamat penerbangan Chappy Hakim menjelaskan, seharusnya Merpati diselamatkan karena posisinya sebagai maskapai penerbangan perintis. Namun lantaran penumpukan utang yang banyak akibat dari pemetaan transportasi udara yang berantakan, "Harus dipertahankan, tetapi diawali dengan pemetaan yang jelas. Utang Merpati yang menumpuk akibat pemetaan tidak jelas, karenanya banyak maskapai perang tarif", ujar dia.

Dia mencontohkan, Garuda Indonesia yang seharusnya menjadi penerbangan rute besar, memiliki rute-rute domestik dengan anak usahanya Citilink yang juga menyediakan pesawat-pesawat besar. Sementara Merpati yang seharusnya melayani penerbangan perintis, ikut-ikutan melayani jasa penerbangan domestik dengan pesawat besar."Ini yang membuat terlalu banyak maskapai tumbuh yang disebabkan peraturan yang tidak jelas. Dulu, penerbangan perintis untuk mempertahankan NKRI. Agar daerah terpencil yang membutuhkan dokter, guru atau lainnya dapat terpenuhi", jelasnya.

Dia menambahkan, seiring pertumbuhan teknologi dan kebutuhan penerbangan khususnya domestik semakin tinggi, semua maskapai penerbangan memberi jasa ini. Sehingga yang terjadi adalah banyaknya penerbangan domestik dibandingkan perintis,"Jika ditanya apa perlu Garuda Indonesia akuisisi Merpati, bukan lagi persoalan. Yang paling utama adalah mempertahankan penerbangan perintis itu sendiri,"tegasnya.

Menurut dia, jika pemerintah tidak bisa menata ulang transportasi udara ini, kemungkinan akan semakin tidak jelas. "Jika tidak mampu mengelola, sebaiknya mendelegasikan swasta untuk mengaturnya. Karena perlu satu wadah yang mengatur semua transportasi udara", ujarnya.

Gotong Royong

Hal senada juga disampaikan pengamat ekonomi dari Universitas Gajah Mada (UGM), Revrisond Baswir, pemerintah tidak seharusnya menutup maskapai penerbangan Merpati akibat kegagalan restrukturisasi utang senilai Rp6,5 triliun. Terlebih maskapai penerbangan ini memberikan pelayanan kepada masyarakat, yaitu menjembatani daerah-daerah terpencil di Indonesia, khususnya bagian Timur. "Karena jasanya diperlukan, antara lain memasuki daerah-daerah terisolir sehingga ada baiknya dilakukan penyelamatan." ucapnya.

Apalagi, kata dia, kalau permasalahan yang membelit Merpati hanya persoalan struktur keuangan seperti halnya informasi yang muncul ke permukaan. Jumlah utang yang ditanggung Merpati dan armada yang berkurang dapat ditolong dengan melakukan kerja sama, "Kalau permasalahan struktur keuangan masih ada peluang ditolong. Salah satunya dengan mengundang masuknya pihak swasta yang terbukti sukses." ujarnya.

Namun, kata dia, harus dicari akar permalahan sebenarnya yang membelit maskapai penerbangan yang notabene berada di bawah Kementerian BUMN sehingga merugi terus-menerus. Diketahui, selain menjadi jembatan penting di daerah-daerah terpencil atau terisolir, perusahaan penerbangan ini juga memiliki jumlah karyawan yang tidak sedikit.

Sebaliknya, menurut pengamat penerbangan Dudy Sudibyo, jalan yang terbaik untuk memecahkan permasalahan maskapai Merpati adalah dengan pembekuan sementara. Pasalnya dengan begitu perusahaan tidak akan menambah beban operasional yang justru akan menambah hutang juga. Tapi kemudian pada pemegang kepentingan juga harus segera ambil peran."Itu harus segera kumpulah, BUMN, Perhubungan, para pemegang saham dan stakeholders lainnya. Kalau sekarang kan jadinya terlihat diabaikan sedangkan perusahaan tetap harus jalan terus. Kalau mau tutup ya silahkan tutup, kalau mau lanjut ya cari penyelesaiannya. Tapi sebaiknya segera dibekukan untuk sementara," kata Dudi.

Lanjut, Dudi mengatakan para pemangku kepentingan termasuk pemegang saham Merpati memang tidak pernah serius untuk memcahkan masalah ini. Padahal manajemen internalnya sudah tidak baik sejak lama.

Sementara Ferrari Romawi, anggota DPR RI Komisi VI minta Kementerian BUMN menilai, salah satu jalan untuk menyelamatkan Merpati Nusantara Airlines adalah dengan restrukturisasi seluruh utangnya. Misalnya utang yang ada sekarang diperpanjang secara mencicil, dengan tenggat waktu yang ditentukan agar pihak manajemen berpikir untuk menyelamatkan perusahaan. "Untuk menyelamatkan Merpati hanya ada satu cara yaitu dengan restrukturisasi utang yang ada," katanya.

Karena semua pihak tahu, bahwa maskapai MNA merupakan pionir dalam dunia penerbangan Indonesia. "Secara nasionalisme harusnya kita mempertahankannya, karena memang Merpati yang membuka gerbang penerbangan Nasional," imbuhnya.

Sebagai informasi, Meneg BUMN Dahlan Iskan membantah bahwa dirinya pernah menyampaikan ide untuk menutup operasional maskapai penerbangan MNA. "Saya tidak pernah menyimpulkan akan menutup Merpati. Tetapi itu penutupan Merpati merupakan kesimpulan dari kebijakan restrukturisasi menteri sebelumnya," kata Dahlan. lia/nurul/agus/bari/bani

 

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Baca Selengkapnya >>>

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS