JelajahNTT. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Garuda Harus Jadi Bintang Kelas

Pekan lalu, maskapai nasional Garuda Indonesia menerima penghargaan "Maskapai Bintang Lima" yang diserahkan oleh CEO Skytrax Edward Plaisted. Akhir tahun lalu, Skytrax telah mengumumkan penghargaan yang merupakan kelas tertinggi dalam pelayanan maskapai.

Di seluruh dunia , hanya ada tujuh maskapai yang mendapat penghargaan serupa. Direktur Utama Garuda Indonesia, Arif Wibowo, yang baru dipilih di penghujung tahun lalu, bertekad mempertahankan posisi Garuda sebagai maskapai bintang lima. Bahkan, Arif ingin membawa Garuda menjadi bintang kelas. Apa saja yang akan dilakukan Arif untuk mencapainya, berikut penuturan mantan CEO Citilink Indonesia tersebut saat berbincang di kantor Garuda, Cengkareng, beberapa waktu lalu.

Selamat, Garuda berhasil menjadi maskapai bintang lima. Apa artinya penghargaan ini bagi Garuda?
Penghargaan ini menjadi salah satu milestone penting bagi perusahaan karena merupakan bentuk pengakuan dunia atas transformasi dan peningkatan berbagai aspek yang terus dilaksanakan Garuda secara konsisten melalui program "Quantum Leap". Dulu kita ranking 27 dunia. Tidak masuk radar maskapai kelas dunia. Kemudian naik ke ranking 19, kemudian 11, lalu ranking delapan dan sekarang ranking tujuh.

Jadi hasil ini merupakan bukti komitmen manajemen dan karyawan Garuda Indonesia untuk terus memberikan hal yang terbaik. Tahun sebelumnya kita meraih predikat sebagai maskapai dengan awak kabin terbaik, dan akhir tahun lalu Garuda dinobatkan sebagai salah satu dari tujuh maskapai bintang lima yang ada di dunia. Jadi Garuda sekarang sudah berada pada tingkat tinggi, the ultimate level of the airline bussines.

Ini akan kita pertahankan tidak boleh turun kelas. Pengakuan dunia terhadap Garuda tentunya akan semakin mendorong kita untuk terus melanjutkan berbagai program peningkatan yang dilaksanakan untuk menghadirkan kualitas dan standar pelayanan terbaik bagi para pengguna jasa. Jadi kita sudah naik kelas, tapi tidak boleh berhenti di situ. Garuda juga harus jadi bintang kelas.

Wow...Anda optimis sekali. Bagaimana melakukannya?
Oh, ya dong, harus optimistis. Mempertahankan itu kan lebih susah daripada meraih. Nah, sekarang kita sudah di bintang lima. Jangan sampai kita terlena lalu turun ke bintang empat. Malu dong. Karena itu kita harus mempertahankan ini, dan bahkan bekerja keras menjadi bintang kelas.

Apa yang diraih Garuda selama ini menunjukkan bahwa Garuda tidak main-main. Garuda sedang ada di ujung "Quantum Leap" dan kita sedang ekspansi. Apa yang diraih selama ini menunjukkan kita bisa. Kuncinya semua kita harus bekerja keras.
Jadi kami berkomitmen untuk menjaga dan meningkatkan layanan yang saat ini sudah bintang lima. Saya tegaskan, semua yang kita deliver kepada costumer tidak boleh bergeser satu senti (sentimeter, Red) pun.

Secara layanan Garuda sudah berada di top level. Tapi sepanjang tahun lalu, Garuda mengalami kerugian. Apa yang terjadi?
Begini, industri penerbangan di seluruh dunia memang sedang mengalami turbulensi. Untuk maskapai nasional, pergumulannya adalah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar, harga bahan bakar tahun lalu sempat mencapai harga tertinggi, serta aspek regulatory yang kurang kondusif terhadap industri penerbangan. Bahkan kondisi ini sudah sejak tahun 2013, saat itu INACA (Asosiasi Penerbangan Nasional Indonesia, Red) juga "berteriak" agar pemerintah menaikkan tarif batas atas. Bahkan ada beberapa maskapai sampai ada yang bangkrut kan.

Nah, di tengah kondisi makro yang seperti itu, Garuda justru sedang berada pada tahapan ekspansi yang merupakan bagian akhir dari "Quantum Leap 2010-2015". Kalau maskapai sedang ekspansi biasanya memang rugi. Dulu Citilink waktu ekspansi kan juga loss dulu, tapi akhirnya make profit juga. Jadi ini memang siklusnya begitu, cuma kondisi makro sedang tidak baik, jadi ruginya membesar.

Bagaimana tahun ini?
Tahun ini kondisi akan membaik, didorong oleh turunnya harga avtur. Dengan turunnya harga avtur, kondisi keuangan akan lebih baik sebab mayoritas beban operasional industri penerbangan adalah untuk bahan bakar. Ini akan sangat membantu kita. Tapi kita tidak mau bergantung pada turunnya harga avtur. Apalagi, harga avtur sangat fluktuatif. Kalau perbaikan keuangan cuma karena avtur turun, ya sama saja kita tidur, tidak kerja. Kita akan inovasi dan kerja keras untuk memperbaikinya. Sebab, meski avtur turun, indikator lainnya masih cukup berat. Kurs AS akan semakin menguat dan akan membuat kurs rupiah dan mata uang lainnya menjadi lemah. Bukan cuma rupiah, yen Jepang juga akan flat. Itu kan pasar kita juga. Apalagi, penerbangan nasional tahun lalu mengalami anomali. Tahun-tahun sebelumnya, pertumbuhan penumpang itu dua kali lipat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tahun lalu berbeda. Ekonomi tumbuh 5,1 persen, tapi penumpang udara cuma tumbuh lima persen, harusnya kan 10 persenanlah. Nah, karena itu kita akan menghitung betul tahun ini. Jadi kita akan bekerja keras untuk segera rebound.

Jadi tahun ini Garuda akan rebound?
Ya, saya harap begitu. Pemerintah menugaskan saya memang untuk itu. Jadi target kita enam bulan ini. Awal tahun kan itu masa low seasons bagi industri penerbangan, nah kalau enam bulan ini kita sudah bisa atasi, maka berikutnya akan lebih mudah. Kita monitor sekarang harian dan traffic saat ini sudah lebih baik dari tahun lalu, padahal sekarang sedang low seasons.

Bagaimana caranya?
Untuk segera rebound, kita canangkan tiga strategi yakni peningkatan revenue generator, di mana seluruh potensi yang dapat meningkatkan revenue perusahaan akan dimaksimalkan. Kemudian, restructure cost driver, di mana kita akan melakukan penataan dan restrukturisasi biaya sehingga dapat dicapai efisiensi yang tinggi. Selanjutnya, aspek refinancing, di mana Garuda akan menerapkan berbagai langkah dan strategi menyangkut aspek keuangan, sehingga kondisi finansial perusahaan terjaga.

Strategi tersebut kita lakukan dengan program quick wins yang menjadi tiga pilar utama jangka pendek. Pertama adalah restrukturisasi network. Garuda akan mengoptimalkan rute-rutenya, sehingga network penerbangan Garuda menjadi lebih concise, solid dan lebih lincah dalam menghadapi persaingan industri penerbangan. Jadi bukan menutup rute, tapi memaksimalkan, dengan cara frekuensinya kita kurangi, lalu dialihkan ke tempat lain, misalnya Tiongkok dan Timur Tengah.

Kedua, adalah fleet management. Secara branding kita tidak mau reaktif, kita harus menjaga terus sebagai maskapai full service. Tapi secara unit cost kita harus merespons, dengan cara meningkatkan kapasitas ekonomi dan mengurangi kelas bisnis. Jadi kita aman di unit cost tapi tidak turunkan high quality service kita. Kita akan lakukan early termination beberapa pesawat, melaksanakan sublease dan melakukan penyesuaian jumlah kursi di kelas bisnis pada tipe pesawat narrow body Boeing 737-800NG, dari 12 kursi kelas bisnis menjadi delapan kursi. Penyesuaian tersebut akan meningkatkan kapasitas kelas ekonomi 15-20 persen.

Ketiga adalah penurunan overhead. Garuda, akan melaksanakan penurunan biaya overhead hingga sebesar 10 persen melalui pemotongan biaya yang tidak memberikan nilai tambah dan peningkatan produktivitas karyawan.

Sebagai ketua umum INACA, apa yang dibutuhkan oleh industri maskapai nasional?
Sejumlah regulasi memang masih membebani airline. Antara lain penerapan harga avtur di Indonesia yang lebih tinggi 12 persen dibandingkan beberapa negara ASEAN, padahal komponen biaya avtur merupakan komponen biaya tertinggi, yaitu sekitar 40 sampai 50 persen dari total biaya. Tantangan lain, kebijakan bea masuk dan PPN untuk impor spare parts pesawat. Perawatan dan perbaikan pesawat merupakan aktivitas utama airline dalam menjamin keselamatan penerbangan yang optimal, dan komponen biayanya mencapai 10 persen dari total biaya.

Beberapa negara ASEAN memberlakukan pembebasan bea masuk atau penerapan tarif nol persen, sehingga airline nasional tidak berada di playing field yang sama dengan airline ASEAN lain. Ini kan barang modal semua, tapi baru masuk belum memproduksi sudah dikenakan tarif. Airline juga dibebani dengan kebijakan PPN untuk operating lease pesawat yang total komponennya mencapai 15 sampai 20 persen dari total biaya.

Kemudian soal tarif. Kita berharap tarif batas atas dilepas saja. Maskapai dikenakan kenaikan tarif airport, PSC, dan AirNav, sementara tarif penerbangan domestik dibatasi oleh peraturan. Ini kan sudah kompetitif, jadi lebih bagus dilepas saja.

Anda adalah orang Garuda, berkarier dari bawah, sempat ke Citilink dan sekarang kembali menjadi CEO. Apa rasanya?
Ya saya tidak nyangka jadi dirut Garuda. Apalagi Bu Rini (Rini Soemarno, menteri BUMN, Red) justru tanya saya soal Merpati, tidak ditanya sedikit pun soal Garuda. Saya sempat mikir, jangan-jangan disuruh urus Merpati. Sampai malam itu (malam sebelum RUPSLB Garuda, Red) saya belum mendapat kepastian. Apalagi di Citilink kan juga baru, dan Citilink jauh lebih kecil dibanding Garuda. Garuda is very big. Ibaratnya Citilink itu simulator, Garuda ini pesawat beneran. Kompleksitasnya jauh leih besar, tingkat persaingannya jauh lebih besar, musuhnya juga skill-nya lebih besar. Kalau di full service itu selain "gajah-gajah" yang sudah ada di situ, kita juga meski mewaspadai LCCN yang mencoba menarik pasar. Artinya yang di grey area akan berpotensi tertarik ke bawah.

Jadi garuda itu very challenging bagi saya. Seminggu pertama (berat badan, Red) saya turun 2 kilogram, terus turun lagi 2 kilogram. Jadi setengah bulan saya turun 4 kilogram.

Apa pesan Anda untuk karyawan Garuda?
Saya meniti karier dari bawah di Garuda dan sekarang dipercaya menjadi CEO. Jadi pesan saya kita kerja dengan sungguh-sungguh. Sebagai orang yang sejak awal bekerja di Garuda, ownership kepada perusahaan harus lebih tinggi. Tapi jangan sampai over posesif, sehingga hanya kita yang bisa ada di Garuda, orang lain tidak. Sampai orang luar masuk kita tidak suka. Ini perusahaan terbuka, sangat profesional, semua harus jelas pertanggungjawabannya. Jadi mindset-nya harus siapa pun yang bisa bawa Garuda lebih maju dan berkembang, maka kita harus dukung. Sebab Garuda ini the pride of nation, jadi siapa pun punya hak sama untuk memperjuangkan Garuda.

Penulis: Yohanes H Daughlas/AB

Sumber:Suara Pembaruan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Klik http://tiket.jelajahntt.com , untuk pemesanan tiket pesawat seluruh rute penerbangan domestik dan Asia.

Atau via SMS/Call/WA/ Line/Kakao di 082146-334333, Pin BB: 51D3685D.