JelajahNTT. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Simbol perempuan di situs Liang Bua di Manggarai, Flores, NTT.

Ruteng - Liang Bua yang terletak di Desa Liang Bua, Kecamatan Rahong Utara, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), ternyata bukan hanya sebagai tempat ditemukannya homo florensiensis dan pusat penelitian komunitas Pigmy Rampasasa, serta cerita folklore Reba Ruek, tempat tersebut juga pernah menjadi tempat diselenggarakannya pendidikan formal sekolah rakyat (SR) pada masa awal kemerdekaan. Pada 1955, SR tersebut dibuka oleh Mgr Wihelmus van Bekkum SVD, seorang misionaris asal Belanda milik Yayasan Vedapura dan sekarang menjadi Sekolah Umat Katolik Manggarai (Sukma) Ruteng dengan guru pertama Aloysius Dada (almarhum).

Menurut Eduardus Dada, putra sulung Aloysius, SR Liang Bua berjalan hanya empat tahun dan kemudian dipindahkan ke Teras pada 1959. Pemindahan tersebut dilakukan karena banyak peserta didik yang terkena penyakit sampar. Selain itu,  Kampung Teras mempunyai penduduk yang banyak dan merupakan lokasi strategis untuk dapat mendirikan gedung sekolah di kemudian hari.

Selain Liang Bua sebagai salah satu destinasi wisata sejarah, arkeologi, dan pusat purbakala di Pulau Flores, di situs tersebut terdapat pula gua di bawah tanah sedalam 23 meter. Di dasar gua bawah tanah tersebut terdapat aliran sungai bawah tanah.

Yang lebih menakjubkan lagi, situs tersebut memiliki simbol perempuan dan laki-laki. Simbol perempuan dan laki-laki tersebut tampak dalam stalaktik dan stalakmit yang eksotik berbentuk seperti kelamin laki-laki dan perempuan.

Awalnya Beritasatu.com tidak mengetahui keberadaan dan tidak pernah memotret dua sisi yang menakjubkan dari situs tersebut sebelumnya, walau kerap mengunjungi situs tersebut sebagai guider dan juga penulis cerita rakyat Reba Ruek the man of Liang Bua. Akan tetapi, pada Selasa (20/1), tanpa dinyana ditemukan sisi lain dari keagungan dan keanggunan gua batu kapur pegunungan itu.

Temuan sisi lain itu berdasarkan informasi petugas retribusi dari Dinas Pariwisata di Liang Bua, Kornelis. Konon, menurut penuturan lisan masyarakat sekitar Liang Bua, zaman dahulu simbol mirip kelamin laki-laki itu dapat memulihkan keperkasaan seorang pria yang impoten dan tidak mempunyai keturunan, sementara simbol mirip kelamin perempuan itu dapat menumbuhkan kesuburan dari seorang wanita, walau sudah menopause.

Khasiat kedua batu itu untuk memulihkan keperkasaan dan menumbuhkan kesuburan dilakukan dengan cara memegang batu tersebut dengan menjalankan ritual khusus. Kisah tersebut belum dapat dipastikan kebenarannya, tetapi merupakan sesuatu yang pasti sesuai dengan filosofi hidup orang Manggarai, Flores. Kedua batu itu adalah simbol ame rinding mane, ine rinding wie (ayah pelindung di rembang senja, ibu pengayom di kala malam). Dengan demikian, Liang Bua menjadi tempat bernaung di kala hujan, berteduh di kala terik.

Penulis: Willy Grasias/AB
Powered by Telkomsel BlackBerry®

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

sophia mengatakan...

Good post you provided those screen shot of this property..
Personal Injury Claims Bradford
Citizenship and Immigration
Immigration Advisory Service

Posting Komentar

Klik http://tiket.jelajahntt.com , untuk pemesanan tiket pesawat seluruh rute penerbangan domestik dan Asia.

Atau via SMS/Call/WA/ Line/Kakao di 082146-334333, Pin BB: 51D3685D.